body { margin:0; font-family:Droid Serif; background:#fafafa; line-height:1.5; cursor:default; } section { box-shadow:0 2px 5px rgba(0,0,0,0.2); background:#fff; width:60%; margin:100px auto; padding:50px; } blockquote { text-align:center; font-size:20px; border-top:1px solid #ccc; border-bottom:1px solid #ccc; position:relative; quotes: "\201C""\201D""\2018""\2019"; } blockquote:after { color:#ccc; font-family:Source Sans Pro; content: open-quote; font-size:80px; position:absolute; left:50%; bottom:calc(100% - 20px); background:#fff; height:55px; width: 55px; line-height:normal; text-align:center; transform:translateX(-50%); } blockquote p { padding:20px; }

Kamis, 13 Oktober 2016

Dukotu





Assalamu’alaikum. Teman-teman tau tentang puisi dua koma tujuh yang sering disingkat Dukotu? Atau sudah ada yang pernah membuatnya? Nah, di sini sayaingin berbagi sedikit tentang pengalaman saya menulis puisi dua koma tujuh. Mungkin, bisa dimulai dari awal saya mengenal  dukotu kali, ya?

Jadi, waktu itu, kalau tidak salah pada awal-awal tahun 2015, saya sering kali melihat kiriman-kiriman ke group lewat di beranda facebook saya yang isinya tentang puisi singkat. Hanya terdiri dari dua baris dan tujuh kata. Namun sangat penuh makna.
Karena penasaran maka saya coba buka group tersebut. Saya buka file-file yang berisi tentang penjelasan apa itu Dukotu dan apa-apa saja syaratnya. Ketika sudah mulai memahaminya sedikit, maka saya mencoba untuk menulis Dukotu saya di group itu.

Ternyata tidak semudah yang saya bayangkan. Beberapa orang yang sudah ahlinya dalam membuat Dukotu kerap kali member kritikan atau saran-saran untuk puisi Dukotu ssaya tersebut. Ada yang mengatakan bahwa puisi saya itu seperti prosa, kaku, tidak sesuai, tidak ada titimangsa, dan komentar-komentar lainnya.

Dan, kalian tahu? Walau sering dikomentari, 2 puisi Dukotu saya mendapatkan sematan bintang dari beberapa senior di Dukotu. Yeeaayy!!

Sematan bintang itu tidak sembarangan diberi. Dan yang memberi adalah senior-senior yang memang lihai dalam menilai kelayakan Dukotu itu.  Salah satu judul puisi saya yang mendapatkan sematan bintang berjudul, “Rindu: Ayah”. Selain dapat sematan bintang dari senior, saya juga mendapat komentar-komentar baik dari beberapa teman di group Dukotu. Alhamdulillah. Senang sekali rasanya. Hehe.

Tapi sekarang saya sudah jarang membuat puisi Dukotu. Belum dapat inspirasi. Hiks!
Mudah-mudahan nanti bisa nulis Dukotu lagi. ^_^
Baiklah, saya rasa itu dulu ya teman-teman. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai puisi Dukotu, silahkan klik link berikut  >> https://m.facebook.com/?soft=notifications

Dan sebagai ucapan terima kasih saya kepada teman-teman yang sudah mau berkunjung ke rumah baru saya yang sederhana namun penuh cinta ini, *eeaaa , maka saya sajikan teman-teman beberapa puisi Dukotu saya yang pernah saya tulis dulu. Selamat menyicipi. ^^

***********************************************************
1) SEBUAH UNGKAPAN
Harum tetesan tinta, membujuk
Aku rindu menulis

2) SUFI BERDASI
Peluh keringat dalam kefanaan,
Bersimpuh dalam kegelapan

Mdn, 29012015

3) RINDU
: Ayah

Dua hari serupa dua dasawarsa
Sapamu;redup


4) TA’ARUF
Tiada kenal maupun sapa,
Namun ada cinta.

Mdn, 270115

4) TERABAIKAN

Terjatuh kemudian terluka
Tanpa pemapah dibiarkan saja

Mdn, 270115

5) AYAH LUPA CARA BERWUDHU
Bersamaan, anak basuh muka
Ayah basuh telinga

Mdn, 280115

6) SEPERTIGA MALAM

Indah perjumpaan berbasuh embun
Aku malas beranjak

Mdn, 290115


7) LAUH MAHFUZ

Jin curi berbagai rahasia,
maka tertipulah manusia

Mdn, 290115



********************
Suka yang mana? Hehe


5 komentar: