body { margin:0; font-family:Droid Serif; background:#fafafa; line-height:1.5; cursor:default; } section { box-shadow:0 2px 5px rgba(0,0,0,0.2); background:#fff; width:60%; margin:100px auto; padding:50px; } blockquote { text-align:center; font-size:20px; border-top:1px solid #ccc; border-bottom:1px solid #ccc; position:relative; quotes: "\201C""\201D""\2018""\2019"; } blockquote:after { color:#ccc; font-family:Source Sans Pro; content: open-quote; font-size:80px; position:absolute; left:50%; bottom:calc(100% - 20px); background:#fff; height:55px; width: 55px; line-height:normal; text-align:center; transform:translateX(-50%); } blockquote p { padding:20px; }

Minggu, 06 Oktober 2019

P O S

Kau pernah duduk di situ, Mira?

merasai pahit kopi

menghirup segala aroma

melihat seribu warna

bersama pak tua itu

pernahkah, Mira?


Atau kau pernah berteduh di sana?

kusut rambutmu

percikan air

tamparan angin

aroma kopi

asap rokok yang menempel di bajumu

sudah pernah, Mira?


Sesekali coba masuk ke dalamnya

menjadi wujud lain

menjadi atap

nyamuk

angin

bintang

suara

terserahmu


Dengarkan! Apa kau pernah dengar itu, Mira?

seribu candaan yang membawa suatu pesan

tentang pahitnya hidup

tingginya biaya sekolah

rusaknya moral

konflik yang tiada henti


Kau kira mereka benar serius membahasnya?

cari tahulah sendiri, Mira

menjelmalah menjadi apapun

untuk bisa melihat

mendengar

memaknai

kata-kata

yang terkadang tak bermakna



Medan, 06 Oktober 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar