body { margin:0; font-family:Droid Serif; background:#fafafa; line-height:1.5; cursor:default; } section { box-shadow:0 2px 5px rgba(0,0,0,0.2); background:#fff; width:60%; margin:100px auto; padding:50px; } blockquote { text-align:center; font-size:20px; border-top:1px solid #ccc; border-bottom:1px solid #ccc; position:relative; quotes: "\201C""\201D""\2018""\2019"; } blockquote:after { color:#ccc; font-family:Source Sans Pro; content: open-quote; font-size:80px; position:absolute; left:50%; bottom:calc(100% - 20px); background:#fff; height:55px; width: 55px; line-height:normal; text-align:center; transform:translateX(-50%); } blockquote p { padding:20px; }

Jumat, 01 Juni 2018

Letter to Mira




Mira, sesekali orang yang tidak pernah menghargaimu itu harus diberi pelajaran. Sudah berapa kali hatimu terluka oleh mereka-mereka yang sok suci itu, Mira? Padahal lelah betul kulihat kau  membuat mereka tertawa. Dan senang betul kulihat mereka menertawai –katanya- kebodohanmu.  Mereka tidak tahu bahwa itu adalah cara ajaib yang bahkan menurutku tidak semua orang bisa melakukan apa yang kau lakukan terhadap mereka.

Pernah kudengar dan kusampaikan juga kepadamu bahwa mereka merasa kehadiranmu benar-benar mengganggu kehidupan mereka, Mira. Kau tersenyum saja kala itu. Kau bilang, ‘Tidak apa, mereka hanya belum tahu apa sebenarnya arti kepedulian.

Tapi, dua jam setelah kuberitahu tentang omongan mereka itu, kulihat kau menangis sejadi-jadinya. Kau menangis dalam sujud, Mira. Aku pun ikut menangis. Mungkin kau tidak mampu menahan rasa sesak itu saat mengadu kepada-Nya. Sehingga samar-samar kudengar bahwa kau, ingin berhenti.

Maka berhentilah, Mira. Berhentilah dari mereka-mereka yang tidak pernah menghargai ketulusanmu. Jika kau membenarkan perkataan mereka dan merasa bersalah, menjauhlah. Pergilah jauh, Mira, jauh sekali. Jika pun itu tidak bisa kau lakukan karena kasih sayang mu yang begitu tulus terhadap mereka, maka diamlah. Diam dan dengar apa yang akan mereka tangisi setelah ketulusan dan kepedulianmu tak pernah lagi menyentuh hidup mereka.


Medan, 2016

1 komentar: