Jumat, 01 Juni 2018
Letter to Mira
Mira, sesekali orang yang tidak pernah menghargaimu itu
harus diberi pelajaran. Sudah berapa kali hatimu terluka oleh mereka-mereka
yang sok suci itu, Mira? Padahal lelah betul kulihat kau membuat mereka tertawa. Dan senang betul
kulihat mereka menertawai –katanya- kebodohanmu. Mereka tidak tahu bahwa itu adalah cara ajaib
yang bahkan menurutku tidak semua orang bisa melakukan apa yang kau lakukan
terhadap mereka.
Pernah kudengar dan kusampaikan juga kepadamu bahwa mereka
merasa kehadiranmu benar-benar mengganggu kehidupan mereka, Mira. Kau tersenyum
saja kala itu. Kau bilang, ‘Tidak apa, mereka hanya belum tahu apa sebenarnya
arti kepedulian.
Tapi, dua jam setelah kuberitahu tentang omongan mereka
itu, kulihat kau menangis sejadi-jadinya. Kau menangis dalam sujud, Mira. Aku
pun ikut menangis. Mungkin kau tidak mampu menahan rasa sesak itu saat mengadu
kepada-Nya. Sehingga samar-samar kudengar bahwa kau, ingin berhenti.
Maka berhentilah, Mira. Berhentilah dari mereka-mereka yang
tidak pernah menghargai ketulusanmu. Jika kau membenarkan perkataan mereka dan
merasa bersalah, menjauhlah. Pergilah jauh, Mira, jauh sekali. Jika pun itu
tidak bisa kau lakukan karena kasih sayang mu yang begitu tulus terhadap
mereka, maka diamlah. Diam dan dengar apa yang akan mereka tangisi setelah
ketulusan dan kepedulianmu tak pernah lagi menyentuh hidup mereka.
Medan, 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Wah bagus tulisannya... Ditunggu tulisan selanjutnya, wahai Mira.
BalasHapus