body { margin:0; font-family:Droid Serif; background:#fafafa; line-height:1.5; cursor:default; } section { box-shadow:0 2px 5px rgba(0,0,0,0.2); background:#fff; width:60%; margin:100px auto; padding:50px; } blockquote { text-align:center; font-size:20px; border-top:1px solid #ccc; border-bottom:1px solid #ccc; position:relative; quotes: "\201C""\201D""\2018""\2019"; } blockquote:after { color:#ccc; font-family:Source Sans Pro; content: open-quote; font-size:80px; position:absolute; left:50%; bottom:calc(100% - 20px); background:#fff; height:55px; width: 55px; line-height:normal; text-align:center; transform:translateX(-50%); } blockquote p { padding:20px; }

Rabu, 29 Agustus 2018

Tulus Atau Bodoh Sih?

Aku pernah mencintai seseorang -menurutku- dengan sangat tulus. Tapi kata teman-temanku itu suatu kebodohan. 
Kadang-kadang aku berpikir, apa tulus itu hanyalah bahasa halus dari bodoh?

Apa manusia-manusia sekarang memang tidak tahu membedakan ketulusan dan kebodohan?

Caraku mencintai adalah dengan menutup mata dengan segala kekurangan yang dimiliki orang yang aku cintai. Sebab aku juga memiliki banyak kekurangan.

Aku ingin dicintai seseorang sebagaimana aku mencintai dirinya. 

Kemana ya tujuan dari tulisan ini? 
Memang tidak jelas!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar