body { margin:0; font-family:Droid Serif; background:#fafafa; line-height:1.5; cursor:default; } section { box-shadow:0 2px 5px rgba(0,0,0,0.2); background:#fff; width:60%; margin:100px auto; padding:50px; } blockquote { text-align:center; font-size:20px; border-top:1px solid #ccc; border-bottom:1px solid #ccc; position:relative; quotes: "\201C""\201D""\2018""\2019"; } blockquote:after { color:#ccc; font-family:Source Sans Pro; content: open-quote; font-size:80px; position:absolute; left:50%; bottom:calc(100% - 20px); background:#fff; height:55px; width: 55px; line-height:normal; text-align:center; transform:translateX(-50%); } blockquote p { padding:20px; }

Sabtu, 15 September 2018

Letter to Mira (5)

Mira, hari ini aku benar-benar dalam keadaan yang tidak baik. Aku seperti tidak hidup. Aku berjalan tapi pikiranku entah berada di mana. Aku seperti orang sekarat.
Mungkin aku memang terlalu lemah untuk menghadapi segala hal yang sebenernya mudah saja aku jalani. Tapi aku jauh dari rasa tenang. Aku selalu berpikir. Pikiran-pikiran yang menyebalkan itu terus datang. Aku benci berpikir.

Mir, kulanjutkan ya, sebenarnya aku lupa tentang apa yang ingin aku tuliskan padamu di paragraf pertama itu. Yang aku ingat hanyalah tentang dimana aku menuliskannya. Waktu itu aku menulisnya di mushola kampus. Karena batre handphoneku habis, jadi nggak bisa melanjutkan apa yang ingin aku beritahu pada waktu itu.

Sekarang Mira, sekarang aku benar-benar bingung. Tanggal 27 bulan ini kampus akan mengadakan yudisium. Sementara itu aku masih belum selesai mengerjakan skripsi. Juga kebingungan-kebingungan lainnya. Mir, tiba-tiba aja aku rindu ingin kembali ke tahun 2017. Nggak tau pasti apa yang aku cari di sana. Cuma rindu.


Medan, 15 September 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar