body { margin:0; font-family:Droid Serif; background:#fafafa; line-height:1.5; cursor:default; } section { box-shadow:0 2px 5px rgba(0,0,0,0.2); background:#fff; width:60%; margin:100px auto; padding:50px; } blockquote { text-align:center; font-size:20px; border-top:1px solid #ccc; border-bottom:1px solid #ccc; position:relative; quotes: "\201C""\201D""\2018""\2019"; } blockquote:after { color:#ccc; font-family:Source Sans Pro; content: open-quote; font-size:80px; position:absolute; left:50%; bottom:calc(100% - 20px); background:#fff; height:55px; width: 55px; line-height:normal; text-align:center; transform:translateX(-50%); } blockquote p { padding:20px; }

Senin, 14 Januari 2019

P U I S I

Setiap puisi adalah cinta
Puisi yang diperdengarkan ialah cinta di atas segala
Saat mata terbuka, yang ingin kulihat adalah cinta
Pun saat ingin terpejam, yang ingin kudengar adalah cinta


Aku ingin terus hidup bersama puisi
Mendengarkan puisi
Mendengarkan puisi
Mendengarkan puisi

Oh, ampuni aku, Tuhan
Sebab lebih kucintai puisi melebihi kitab suci
Tapi, Tuhan, dengan puisi, diri seperti membaca kitab suci
Ada ruh dalam setiap baris puisi
Yang mengajar, memarahi, menasehati, menyayangi
Kan begitu, Tuhan?

Di puisi aku menemukan cinta
Karena memang puisi itu cinta

Berbahagialah Rendra, Sapardi, Widji, Chairil, dan mereka yang menghadirkan cinta.


Medan, 14 Januari 2019


~~~
Terinspirasi dari anak-anak kelas X MIA-5 pada Mapel Sastra Inggris siang ini.

Tabik, 🙏

Tidak ada komentar:

Posting Komentar