body { margin:0; font-family:Droid Serif; background:#fafafa; line-height:1.5; cursor:default; } section { box-shadow:0 2px 5px rgba(0,0,0,0.2); background:#fff; width:60%; margin:100px auto; padding:50px; } blockquote { text-align:center; font-size:20px; border-top:1px solid #ccc; border-bottom:1px solid #ccc; position:relative; quotes: "\201C""\201D""\2018""\2019"; } blockquote:after { color:#ccc; font-family:Source Sans Pro; content: open-quote; font-size:80px; position:absolute; left:50%; bottom:calc(100% - 20px); background:#fff; height:55px; width: 55px; line-height:normal; text-align:center; transform:translateX(-50%); } blockquote p { padding:20px; }

Selasa, 15 Januari 2019

Letter to Mira (9)

Mira, Mira, Mira. Mirabela. Wkwk

Mira, hari-hariku tanpanya terasa begitu sepi. Tapi ternyata, hari-harinya tanpaku mampu membuat dia bahagia. Siapakah kiranya yang tidak merasa keadilan di sini? 

Mira, egois kah aku sebagai perempuan? Salahkah aku yang inginkan dirinya untuk tetap tinggal padahal dia benar-benar ingin pergi?

Layakkah aku disayangi dan dicintai, Mira? Harus apa aku dengan semua kejadian ini?
Aku sungguh tidak ingin membebaninya. Tapi, aku begitu mencintainya. 


Medan, 15 Januari 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar