Ketika Bulan Meredup

Aku berjalan mencari sesuatuku yang hilang

kadang ia terlihat

kudekati, sayangnya bukan sesuatu yang kucari

waktu itu lampu-lampu masih menyala

di lorong-lorong jalan,

di beranda para warga,

di warung-warung kopi

Lalu, semuanya mati

aku bertanya, "Ada apa?"

tidak seorang pun bercerita

semakin sulit kutemukan sesuatuku yang hilang

tak jarang aku terjatuh

bangkit, terjatuh lagi

Kulihat ke atas, ada bulan yang bisa berbicara

kuikuti ia berlalu sambil berbicara

terus berbicara

aku mendengar

tertawa saat bulan menceritakan hal lucu

bersedih saat bulan bercerita 

bahwa dirinya ingin bertemu matahari

marah saat bulan bersembunyi di balik gedung

tertawa lagi saat ia memamerkan sinarnya

bercerita lagi

lagi

lagi

Sesuatuku yang hilang telah kutinggalkan

jauh

jauh sekali

Aku hanya ingin mendengarkan cerita bulan

tertawa dan menangis bersama bulan

Bulan mulai menyembunyikan cahayanya

sesekali aku terjatuh 

tersandung batu,

terinjak duri ikan,

terpeleset di tangga

Bulan bilang aku harus pulang

aku terlalu jauh berjalan,

aku tidak boleh mengikutinya

Bulan bilang begitu

Bulan bilang begini

lalu begitu,

lalu begini

Kata bulan aku harus berhenti

sebelum kakiku semakin banyak luka

karena jatuh terus menerus

aku abaikan

Bulan semakin meredup

cahayanya hanya sampai ke kepalaku saja

aku tidak bisa melihat kakiku yang luka

aku tidak tahu cara mengobatinya

Bulan kian meredup

tidak ada lagi cahaya di kepala

hanya suaranya saja yang terdengar

"Pulang saja!"

Bagaimana bisa?

gelap sekali

Medan, 07 April 2019