body { margin:0; font-family:Droid Serif; background:#fafafa; line-height:1.5; cursor:default; } section { box-shadow:0 2px 5px rgba(0,0,0,0.2); background:#fff; width:60%; margin:100px auto; padding:50px; } blockquote { text-align:center; font-size:20px; border-top:1px solid #ccc; border-bottom:1px solid #ccc; position:relative; quotes: "\201C""\201D""\2018""\2019"; } blockquote:after { color:#ccc; font-family:Source Sans Pro; content: open-quote; font-size:80px; position:absolute; left:50%; bottom:calc(100% - 20px); background:#fff; height:55px; width: 55px; line-height:normal; text-align:center; transform:translateX(-50%); } blockquote p { padding:20px; }

Jumat, 19 April 2019

Menikmati Kesepian

Menjauh dari kesedihan bukan merupakan hal yang mudah. Banyaknya aktivitas serta ribuan usaha melupakan telah dilakukan. Namun, selalu saja ada celah dimana kesedihan menjalari pikiran. Mengalir pada tiap darahku.

Aku menghindari buku-buku sedih, lagu-lagu sedih, cerita-cerita sedih. Aku menjauh, berlari sejauh-jauhnya dari keterpurukan. Tetap saja aku gagal.

Mungkin ini semua adalah tentang waktu. Perihal siapa yang akan membersamai belum lagi terpikirkan. Aku tidak suka diriku yang seperti ini. Aku sudah pernah mengalami hal semacam ini. Ketika aku bangkit, mengapa aku harus kembali lagi seperti ini?

Apakah suatu hari nanti ketika aku berhasil melewati semua rasa sakit ini, aku akan kembali ke rasa sakit lainnya?
Terlalu takut bagiku untuk membayangkannya. Betapa ngerinya jika ini terjadi lagi.

Apakah sebuah kesalahan bila aku jatuh cinta?
Kenapa semua terlihat rumit dan memuakkan?
Kenapa semua terlihat sakit dan menyesakkan?
Kenapa aku harus kembali terjatuh seperti waktu itu?
Kenapa waktu begitu lambat berjalan bagi orang-orang yang terluka?


Medan, 19 April 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar