Kata-kata di dalamnya berdarah-darah. Mungkin dari seseorang yang sedang patah hati karena ditinggal kekasihnya. Begini isi surat itu:
Setiap aku mau tertidur, pengantarnya adalah kesedihan. Lucu memang, kita dicintai kemudian kita dilupakan. Banyak hal-hal indah yang terjadi. Dan hal-hal indah itu justru yang paling menyakitkan untuk diingat.
Suatu kali aku menangis di kamar mandi. Tangisku tertahan-tahan. Takut sekali aku ketahuan orang-orang rumah untuk kemudian ditanya, "Kenapa nangis?"
Kuputar habis keran air sehingga bunyi cucurannya ke dalam bak mampu menutupi suara tangisku yang sudah tidak tertahan.
Aku sendiri tidak tahu pasti apa yang aku tangisi dan kenapa aku menangis?
Apakah menjadi perempuan itu berarti menjadi lemah?
Aku siram tubuhku dari ujung rambut, setiap gayungan jatuh bersamaan dengan air mataku.
Kembali aku berjongkok, melipat tanganku di atas bak mandi yang tidak terlalu tinggi. Kutenggelamkan wajahku, tubuhku berguncang hebat karena tangis yang tertahan.
Kurasai mataku pedih. Bukan karena sabun, tapi karena air mata yang tidak bisa diperintah untuk diam. Mengalir terus. Mengalir keluar bersamaan dengan kenang-kenangan dan rasa takut akan segala hal.
Entah, hanya saja aku merasa bahwa ada seseorang yang memelukku saat aku menangis seperti itu. Semakin aku merasa dipeluk, semakin deras air mataku mengalir. Halusinasiku sungguh keterlaluan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar