body { margin:0; font-family:Droid Serif; background:#fafafa; line-height:1.5; cursor:default; } section { box-shadow:0 2px 5px rgba(0,0,0,0.2); background:#fff; width:60%; margin:100px auto; padding:50px; } blockquote { text-align:center; font-size:20px; border-top:1px solid #ccc; border-bottom:1px solid #ccc; position:relative; quotes: "\201C""\201D""\2018""\2019"; } blockquote:after { color:#ccc; font-family:Source Sans Pro; content: open-quote; font-size:80px; position:absolute; left:50%; bottom:calc(100% - 20px); background:#fff; height:55px; width: 55px; line-height:normal; text-align:center; transform:translateX(-50%); } blockquote p { padding:20px; }

Jumat, 07 September 2018

They Called Me ...


Kamu punya nggak sih nama panggilan? Nggak ya? Kasihan. 
Aku punya. Dan banyaak. Alhamdulillah-in jangan?

Nama-nama panggilan yang beragam itu ada sejak aku kecil. Saat masih suka main di sawah dan mandi-mandi di sungai. Nama-nama itu datang dari orang yang berbeda-beda serta dengan alasan-alasan yang absurd. πŸ˜…

1. Ikan Teri
Sejak aku belum sekolah dan masih manja banget, karena kebetulan waktu itu aku cucu terakhir opung-ku. Opung dari mamak. Nantulang, Kodang, Ocik, Tulang, dan Aturang manggil aku itu "Ikan Teri." Aku sih waktu dulu cuek aja ya. Kan belum ngerti. Pas udah mulai masuk sekolah dan mulai banyak pertanyaan, baru lah aku tau alasan aku dipanggil ikan teri karena aku kecil dan kalau digangguin suka nangis, hentak-hentak kaki sambil jambak-jambak rambut. Apa dulu aku gila ya?  Ikan teri itu, katanya, kecil dan suka menggelepar. Emang ada gitu, ikan hidup yang dikeluarin dari air malah diem? Ya pokoknya itu, ikan Teri. Nama panggilan itu hanya akan terdengar kalau aku pulang kampung ke Siantar atau keluarga yang di Siantar datang ke Medan.
"Oh, ikan Tori (red-teri), sehat kau, Nang?"


2. Kancil
Dalam cerita dongeng, kancil termasuk hewat yang cerdas kan? Kecil, lincah, penipu. Eh? Nah, aku mau ambil yang cerdasnya. Panggilan "Kancil" ini juga datang dari keluarga yang tinggal di kampung, Siantar. Kebetulan aku ini bego, tapi nggak bego-bego amat, jadi dari awal masuk sekolah (SD), aku udah pegang juara pertama di kelas. Itu bertahan selama 3 semester, yang berarti sampai aku duduk di kelas 2 semester 1. Sampai kemudian aku pindah rumah dan pindah sekolah, juara 1 juga ikut pindah ke tangan orang lain di sekolah baruku. Hemm. 

Oke lanjut ke soal kancil, bukan hanya di sekolah, setiap pulang kampung, aku itu selalu dikasih kuis oleh sepupuku yang juga cukup cerdas. Setiap berhasil menjawab, aku dikasih kerupuk dan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan itu aku dikelilingi oleh saudara-saudaraku. Jadi setiap kali aku berhasil, mereka ketawa dan bilang, "Kancil kau memang!"
Sampai sekarang juga masih dipanggil kancil.


3. Mpii
Mungkin ini karena nama aku ya. Novriana. Novri. Mpii. Yang manggil "Mpii" ini hanyalah satu keluarga aja, yaitu dari tulangku yang punya 4 anak laki-laki yang ikutan manggil aku "Mpii". Kecuali anak beliau yang ke-4, karena umurnya jauh di bawahku, dia manggil aku "Kakak". Panggilan "Mpii" ini juga masih bertahan. Baik itu dari ngobrol langsung, via telepon maupun chat. 


4. Cebong
Kalau ini muncul pas aku masih SMA. Jadi gini, dulu aku itu punya pacar, pacar aku ini nama akun facebooknya ada kata "Cebong"-nya gitu. Temen sekelas aku, tomboy, mulai manggil aku pakai nama itu. Karena keseringan manggil aku dengan sebutan "Cebong", beberapa teman dekat juga ikutan manggil. Malah keterusan sampai sekarang. Kampret sangat!


5. Ian
Ian. Nama ini sebenernya udah mulai meredup. Hahaha. Awalnya gini, pas masuk kuliah, tepatnya di semester dua, aku itu punya beberapa teman dekat. Aku suka banget kasih singkatan nama mereka yang aneh-aneh. Pas giliran aku, aku bilang, "Panggil  'Ian' ya, biar agak keren." Dan untungnya mereka setuju. πŸ˜† Kenapa Ian? Ya karena kan itu juga bagian dari namaku: SiagIAN. πŸ˜„ 


6. Mimi Peri
Kalau ini, muncul waktu aku semester 6. Temenku, cowok, mulai manggil aku Mimi Peri. Awalnya karena aku sering liatin video-nya si Mimi Peri dan suka ngetawain si Mimi Peri itu sama dia. Sampai pada suatu hari aku presentasi, temen aku ini manggil aku Mimi Peri. Sialan! Masa pas kegiatan formal juga dipanggil Mimi Peri. 😣

Gara-gara itu, hampir setengah dari warga kelas manggil aku "Mimi Peri". Fine! 
Tapi panggilan itu juga mulai meredup seiring berjalannya waktu~. Hanya beberapa orang yang sangat konsisten manggil aku dengan sebutan itu. Salah satunya teman sekelasku yang juga waktu itu merupakan teman KKN-ku. Karena dia selalu manggil aku Mimi Peri, salah satu dari teman KKN-ku ada yang komplain sambil bercanda, "Ih, enak ya dipanggil Mimi Peri. Kasih aku nama juga lah," katanya sama temenku yang manggil aku Mimi Peri.

"Tau nggak Mimi Peri itu siapa?"
"Peri kan?"
"Liat aja di Instagram"
Ternyata temenku yang ingin punya nama panggilan ini nggak tau siapa itu Mimi Peri. Setelah dia cari tau, dia ngakak. Huh! Jahad.~ πŸ˜“

Memang temanku yang konsisten manggil aku Mimi Peri ini luar biasa, saat dia wisuda pun, ngundangnya;
"Mi, nanti ***** buat acara di rumah abis wisuda. Dateng ya, Mi." 
πŸ˜‚πŸ˜‚

Udah sih segitu aja. Ntar kalau udah nikah pasti punya panggilan baru lagi: Mama. πŸ˜†πŸ˜†

Medan, September 7th 2018

Ket:
1. Nantulang =  Adik/Kakak ipar (Pr) Ibu
2. Kodang      =  Kakak kandung Ibu
3. Ocik            =  Adik perempuan Ibu
4. Tulang        = Abang/Adik laki-laki Ibu
5. Atturang    = Adik ipar (Pr) Ibu
6. Nang      = Inang. Kalau dalam bahasa batak artinya ibu. Tapi kalau ditujukan ke seorang anak jadi kayak "Nak". Dikhususkan untuk anak perempuan. Kalau dalam bahasa jawa, seperti;  "Nduk".

#ODOP

4 komentar:

  1. Wkwkwkkw, lucuuuu, ada-ada ajaa panggilannya cebong sama mimi periiπŸ˜‚. Mau ngakak guling-guling boleh gak?

    BalasHapus
  2. Wah aku juga punya beberapa nick name πŸ˜€

    BalasHapus