Ini fotoku tahun 2017, setelah aku berhasil survive dari apa yang terjadi di tahun 2016 dan sebelum mental yang nggak sehat ini datang ke dalam diriku. I miss the old me. Dear, the old Novriana Rahma, the strongest and cheerful woman, please, come back.
Aku akan menulis dengan jujur tanpa ditutup-tutupi. Aku nggak akan merasa malu siapapun yang membaca tulisanku ini. Bukan aku ingin cari perhatian dan dikasihani. Sudah banyak orang yang terbuka akan dirinya yang "sakit", maka aku pun akan melakukannya. Tidak perlu rasanya aku tulis tentang kenapa aku bisa jadi begini. Intinya, mentalku lagi nggak sehat. Apa keluargaku tau tentang ini? Nggak sama sekali. Aku takut mereka terbebani.
Beberapa waktu belakangan ini aku sedang mengalami perubahan mood yang ekstrem. Dalam sehari, entah berapa kali mood-ku berubah-ubah. Ketika aku ingat sesuatu yang menyakitkan, yang terjadi pada diriku, maka aku menangis. Mengutuki diri, menganggap bahwa aku adalah manusia yang paling bodoh dan tidak berguna. Aku merasa semua orang adalah sempurna. Dan -anggapan- kesempurnaan mereka itu seakan-akan menjadi pisau yang menyayat-nyayat tubuhku. Kemudian aku akan "mati" sesaat, kemudian "hidup" dengan mata yang sembab.
Aku ingin sembuh, hanya itu. Kemudian kudapati mood-ku berubah lagi, misalnya saja ketika aku melihat sebuah tulisan yang sangat bagus dan memotivasi, atau mendengar lagu-lagu dengan nada dan lirik yang membantuku untuk terus bertahan. Lalu aku akan menjalani hidup ini dengan senyuman, menganggap bahwa aku berhak atas diriku, aku berharga, aku sama seperti yang lain, aku berpotensi dan aku layak.
Sayangnya, perasaan seperti itu nggak bertahan lama, aku merasai luka lagi yang entah darimana datangnya. Aku rasa memang datang dari pikiran yang kubuat-buat aja. Overthinking, kata orang. Aku jadi lemah kembali, mentalku down. Aku merasa seolah-olah aku ini adalah satu-satunya manusia yang punya masalah besar.
Karena perubahan mood ini benar-benar ekstrem dan mulai parah menurutku, maka aku bertekad untuk sembuh, sembuh ya, bukan suicide. Beberapa waktu lalu, temanku berbagi cerita bahwa dia juga pernah ngalamin hal begini. Kemudian dia saranin aku buat cari tahu lebih banyak soal mental health. Aku setuju, kemudian dia kasih tau akun yang cukup bagus di Instagram, namanya Pijar Psikologi. Terus aku follow deh. Karena aku jarang main Instagram, aku coba cari di Twitter dan ada.
Waktu aku ngefollow akun Pijar Psikologi di twitter, eh ada saran akun lainnya buat di-follow. Beberapa diantaranya; Konseling dengan Psikolog, Riliv, Halo Jiwa, LBH Masyarakat, dan Psychlogy Today. Akun-akun tersebut nyediain banyak artikel bagus, tentang penyakit mental, self-love, apresiasi diri, dan banyak lagi.
Aku nggak tau sih apakah nantinya akun-akun itu bisa ngebantu aku buat sembuh dan normal kembali, yang jelas aku lagi berusaha. Aku sempat bilang tadi malem ke temanku bahwa kayaknya aku lagi ngidap Bipolar Disaster tapi dia bilang, "Jangan self-judgement kalau kamu bipolar, periksa dulu ke psikiater." Hey, konsultasi ke Psikiater atau Psikolog itu mahal bosque~
Udah, segitu dulu, doakan aku agar bisa kembali normal kayak dulu dan bisa seperti kalian. Buat kalian yang pernah ngalamin, jangan pernah takut atau malu buat cerita ke siapapun tentang kesehatan mental kalian. Aku juga awalnya malu kok, tapi hal yang beginian bukan lagi sesuatu yang harus dimalukan. Speak up if you think you need it!
Sincerely love,
Aku yang ingin sembuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar