body { margin:0; font-family:Droid Serif; background:#fafafa; line-height:1.5; cursor:default; } section { box-shadow:0 2px 5px rgba(0,0,0,0.2); background:#fff; width:60%; margin:100px auto; padding:50px; } blockquote { text-align:center; font-size:20px; border-top:1px solid #ccc; border-bottom:1px solid #ccc; position:relative; quotes: "\201C""\201D""\2018""\2019"; } blockquote:after { color:#ccc; font-family:Source Sans Pro; content: open-quote; font-size:80px; position:absolute; left:50%; bottom:calc(100% - 20px); background:#fff; height:55px; width: 55px; line-height:normal; text-align:center; transform:translateX(-50%); } blockquote p { padding:20px; }

Jumat, 11 Oktober 2019

C E R P E N 2

Temen-temen pasti tau kan situs Cerpenmu.com? Nah, aku pernah juga tuh ngirim tulisan ke situ. Nggak nyangka aja ke-up waktu itu. Yah, namanya juga baru belajar nulis, eh, udah lolos seleksi, kan kaget. Hihihi. Ini dia. :p Kalau enggak salah ini pas aku masih SMA. Pokonya udah lama banget deh.



KAMBING

“Bu, tahun ini kita berkurban tidak?"
“Sepertinya  tidak, Nak, kau tahu kan, bapakmu sekarang sudah sakit-sakitan, terlebih lagi kita sangat membutuhkan uang untuk biaya kuliah kakakmu yang hampir selesai.”

Tahun ini Pak Dermawan tidak berkurban seperti tahun-tahun sebelumnya, ia hanya terbaring lemas dan tak mampu lagi menafkahi keluarganya. Namun hal itu tidak membuat benci istri dan anaknya kepadanya. Mereka menganggap semua ini takdir dari Allah. Pak Dermawan dikenal sebagai pria yang baik dan bertanggung jawab atas anak dan istrinya. Tapi entah kenapa tiba-tiba Pak Dermawan terserang  penyakit aneh dan lebih anehnya lagi penyakit itu tidak bisa didiagnosa oleh dokter. Tetapi hal itu tidak membuat Pak Dermawan sedih dan putus asa. Karena Ia memiliki istri soleha dan senantiasa mendampinginya. Serta kedua anaknya, Rian, yang telah duduk di bangku perkuliahan dan Riko, yang masih duduk di bangku SMA. Mereka saling menyayangi dan tidak pernah serta tidak ingin membuat kecewa sang Ayah dan Bunda.

“Assalamu'alaikum, Bu. Ibu,” terdengar suara ketukan pintu dari luar rumah.
 “Ibu, Riko, Assalamu'alaikum.”
“Wa’alaikumsalam,” sahut Ibu Hesty dari dalam kamar.

  Ternyata suara itu adalah suara Rian yang baru saja pulang dari kampusnya.

“Ibu,” Rian tersenyum pada Ibunya dan langsung menyalim tangannya.
“Baru pulang, Nak ? Ayo masuk, Ibu sudah siapin makan siang. “
“Makasih ya, Bu, Oh iya keadaan bapak gimana, Bu? Masih sakit ? “
“Iya, Nak, masih belum ada perubahan” Jawab Bu Hesty sedih
“Kita harus sabar ya Bu , kita serahkan semuanya kepada Allah” Ucap Rian menenangkan Ibunya.
“Hemm, sebentar lagi Idul Adha ya Nak ?” tanya Bu Hesty
“Iya Bu, kenapa ? Kita tahun ini tidak berqurban kan Bu ? Riko udah cerita sama Rian”
“ Sepertinya begitu Nak, keadaan ekonomi kita tahun ini memang sulit”

“ Rian akan usahain Bu, agar bisa mengurangi beban Ibu sama Bapak, Rian akan cari kerja, Bu “ jelas Rian meyakinkan. 

“Jangan, Nak, Ibu sama Bapak tidak mau melihat anak-anak Ibu sama Bapak terganggu sekolahnya," pinta Bu Hesty

"Iya Nak, kamu belajar saja yang bagus, ya," sambung Pak Dermawan dengan suara lemas dari dalam kamar.

Sontak Rian yang mendengar suara Ayahnya itu langsung menghampirinya dan berkata, 
“Sudah Pak, bapak istirahat saja, bapak harus sembuh, agar kita bisa berkumpul dan sholat berjama’ah lagi."

“ Terima kasih ya, Nak, kamu anak yang berbakti." 

“Hemm. Sama-sama, Pak."


Pagi harinya Bu Hesty menceritakan kepada anak-anaknya dan suaminya tentang mimpi yang ia alami . 

“Emang ibu mimpi apa ?“ Tanya  Riko
“Ibu mimpi kalau Kita bisa berkurban, Nak, tapi mana mungkin ya, Nak," ucap Bu Hesty dengan senyum kecut.
“Ya sudah, Bu, kita berdoa saja kepada Allah, semoga deberikan jalan oleh-Nya, ya kan, Pak?“ tanya Rian pada ayahnya.

Pak Dermawan tersenyum dan mengedipkan matanya, pertanda setuju dengan saran Rian.
“ Iya, Nak, semoga saja,“ timpal Bu Hesty

Di tengah malam tepatnya pukul 00.13, terdengar suara aneh dari depan pintu rumah. Hal itu terdengar oleh Rio, lalu Ia membangunkan kakaknya, Rian.

“Kak, bangun,  Kak," sambil mengguncang-guncang tubuh Rian dan tanpa menunggu lama Rian langsung terbangun.

“ Ada apa, Dek? Masih malam loh, Dek “
“ Kak, dengar deh kayak ada suara di depan rumah kita!"
“ Ah, loe mimpi kali, udah tidur besok sekolah!"
Rian tidak mempedulikan adiknya itu dan Riko pun mengabaikan suara itu, lalu melanjutkan tidurnya.

Di pagi harinya ketika Riko ingin berangkat sekolah dan saat membuka pintu rumah, betapa kagetnya ia melihat 5 ekor kambing berada tepat di depan pintu rumah mereka. Ia teriak memanggil ibu dan kakaknya .
“ Ibu, Kak Rian!"

“ Ada apa, Nak? Kenapa teriak-teriak? Bapak kamu masih sakit, Nak, dia butuh istirahat."

“ Ke sini sebentar, Bu."

 Bu Hesty langsung menghampiri anaknya itu, begitu juga dengan Rian.

“Masya Allah, ini kambing-kambing siapa, Nak?" tanya Bu Hesty bercampur kaget dengan apa yang dilihatnya.
“ Ya Allah, ini kambing-kambing siapa, Dek?" tanya Rian yang juga kaget dengan apa yang ia lihat.
“ Riko gak tahu, Bu, eh,  Kak, apa tuh?" sambil menunjuk ke sebuah kertas yang ada di lantai dekat dengan kambing-kambing itu.

Langsung saja Rian mengambil kertas itu dan membacanya, Isi surat itu 

“Ambillah kambing-kambing ini untuk Qurbanmu tahun ini. -Hamba Allah-“
Isi surat itu begitu singkat namun mereka yakin ini semua Jalan dari Allah,ini rezeki dari Allah, mimpi Bu Hesty terjawab sudah, dan suara aneh itu ternyata suara kambing-kambing yang ada sejak tengah malam itu. Kini keluarga Pak Dermawan bisa berkurban, Namun sampai saat ini, mereka tidak pernah tau siapa yang telah mengirim kambing-kambing itu.


Gimana? Absurd kan? Wkwkwk

1 komentar: