body { margin:0; font-family:Droid Serif; background:#fafafa; line-height:1.5; cursor:default; } section { box-shadow:0 2px 5px rgba(0,0,0,0.2); background:#fff; width:60%; margin:100px auto; padding:50px; } blockquote { text-align:center; font-size:20px; border-top:1px solid #ccc; border-bottom:1px solid #ccc; position:relative; quotes: "\201C""\201D""\2018""\2019"; } blockquote:after { color:#ccc; font-family:Source Sans Pro; content: open-quote; font-size:80px; position:absolute; left:50%; bottom:calc(100% - 20px); background:#fff; height:55px; width: 55px; line-height:normal; text-align:center; transform:translateX(-50%); } blockquote p { padding:20px; }

Jumat, 18 Oktober 2019

Mereka Murid-Murid Yang Baik

Kemarin rasanya capek banget. Capek hati dan pikiran. Mulai dari masalah hati yang nggak selesai-selesai sampai ke tugas-tugas yang semakin menumpuk. Tahun ini rasanya waktu berjalan begit cepat ya, sebentar lagi kita akan menghabiskan tahun 2019. Rasanya baru juga kemarin buat resolusi untuk tahun 2019, eh udah mau masuk di tahun 2020 aja. Tidak ada yang berarti di hidupku sepanjang tahun 2019 ini. Lebih banyak merasai sakit dan luka yang tak henti-henti. Ingin juga ngerasain bahagia sebagaimana orang-orang di luar sana. Tapi mungkin memang belum saatnya.

"Time is running faster than we think, yes, students?" tanyaku ke murid-muridku kemarin sore. Mereka udah besar-besar, udah pada duduk di bangku SMA. Mereka cewek semua, tapi cuma enam orang. Mereka adalah murid-murid yang kuajarin les di salah satu tempat kursus Bahasa Inggris yang kubilang itu. Seketika mereka menanggapi pertanyaanku dan setuju bahwa ya tahun ini berjalan begitu cepat. Kemudian salah satu dari muridku nyeletuk,
"Then, your birthday is getting closer, Miss." 
Aku kaget dengernya, mereka perhatian banget sama hari ulang tahunku. Hihihi. Terus karena aku ingat bahwa tahun ini nggak spesial-spesial amat, kujawab aja,
"I don't think about my birthday anymore. Nothing special."

Iya, memang nggak ada spesialnya tahun ini buatku, aku merasa bahwa orang-rang yang kusayang di dunia ini telah meninggalkan aku sendirian, tentu saja mamakku dan keluargaku adalah pengecualian. Pada akhirnya, pembelajaran satu setengah jam hanya diisi oleh curhatan-curhatanku dan beberapa murid yang juga mengalami hal yang sama. Aku tau mereka udah pada dewasa dan pasti paham apa yang kumaksud. Kuceritain ke mereka tentang apa sebenarnya yang terjadi ke aku beberapa waktu belakangan ini. Aku senang mereka mau mendengar. Kulihat mata mereka satu per satu, ada rasa kepedulian yang tulus di sana.

Ada satu murid yang bilang gini -kutulis dalam Bahasa Indonesia-, "Tapi, Miss, yang saya lihat selama ini Miss bukan orang yang mudah merasa tersakiti apalagi hanya karena hal-hal sepele." Lalu kujelaskan betapa sebenarnya guru di hadapan mereka ini adalah juga manusia biasa yang punya perasaan, yang ketawa kalau lagi bahagia, yang nangis kalau lagi sedih. Juga kukatakan ke mereka bahwa wanita yang berdiri di depan mereka sekarang dulunya adalah wanita yang kuat dan nggak mudah patah semangat. 
"I lost my soul, I am not I was," kataku.

Tentu curhatan-curhatanku bukan sebatas curhat. Aku beritahu mereka bahwa jangan sampai sesuatu yang menimpaku terjadi di hidup mereka. Aku berbicara soal perasaan. Salah satu dari mereka ada yang lagi pacaran. Hanya karena aku patah hati, bukan berarti aku menganggap semua laki-laki sama, maka saranku pada muridku yang pacaran itu adalah harus pintar-pintar mengontrol hati dan pikiran. memberitahunya bahwa dia masih pelajar, jalannya masih panjang, jangan sampai jalannya menuju kesuksesan terhalang hanya karena soal perasaan dan hatinya yang sakit. Agar dia tidak menjadi seperti aku. Dan jawabannya, "Love is so scary, Miss. I'm afraid." Kubilang padanya untuk tidak usah takut. Cinta itu indah, akan menjadi menyakitkan dan tolol jika cinta itu terlalu banyak diberikan dan dipelihara. Akan menjadi mengerikan jika yang dipakai hanya hati tanpa logika. 

Lega rasanya, aku merasa didengar dan diperhatikan. Bahkan mereka memberiku saran-saran agar aku lebih membuka diri dengan laki-laki lainnya yang lebih peduli padaku. Mereka juga bilang untuk perbanyak kegiatan agar aku lupa sama semua masalahku. Dan tau tidak, pas les berakhir dan udah bel, ya kayak biasa, mereka menyalami aku, tapi kemarin itu sedikit berbeda, mereka menyalamiku sambil bilang, "Miss, move on, ya, tetap semangat." Aku tersentuh banget, bahkan sekarang aku nangis ngingatnya. Rasa-rasanya mereka begitu baik untuk peduli padaku dengan berkata seperti itu. Terima kasih. Terima kasih kepada siapapun yang peduli padaku. Tidak akan kulupakan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar