Tahun lalu, di bulan Oktober, aku ingat betul bahwa saat itu aku sedang berjuang mati-matian untuk menyelesaikan skripsiku. Bila kuingat-ingat tentang betapa pahitnya masa-masa itu, rasanya aku tidak percaya bahwa aku mampu menyelesaikannya. Menamatkan kuliahku dan hidup sampai sekarang.
Waktu itu, aku betul-betul merasa sendiri. Aku sangat membutuhkan dukungan dan semangat dari seseorang yang begitu kuharapkan. Nyatanya, aku tidak mendapatkan itu, entah apa sebabnya. Aku berjuang sendirian. Seringkali aku menangis, aku merasa bahwa aku tidak diperhatikan. Dan memang begitu adanya.
26 Oktober 2018, aku sidang skripsi. Betapa bahagianya aku waktu itu. Tapi, aku tetap merasakan kesedihan mendalam. Seorang yang begitu kusayangi dan kuharapkan tidak mengucapkan sepatah katapun untuk sekadar memberi selamat padaku. Aku merasa hancur sekali.
Setahun belakangan ini, aku betul-betul merasakan banyak kesakitan yang datang dalam hidupku. Aku kesal pada diri sendiri tentang betapa lemahnya aku sebagai manusia. Betapa buruknya aku sehingga tak satupun mereka pedulikanku. Memang aku pun terkadang merasa bahagia juga, tapi entah mengapa rasa bahagia itu cepat sekali menghilang. Hilang tinggalkan aku.
Aku rasa aku bukanlah orang yang pantas untuk bisa disayangi. Jika memang pantas, tidak akan mungkin orang-orang itu menyakiti aku. Menyakiti dengan bertubi-tubi dan terus menerus. Aku tidak tahu pasti apakah ini bentuk teguran, cobaan atau hukuman padaku. Sesungguhnya aku ingin rasakan bahagia. Bahagia yang sebenarnya dan dalam jangka waktu yang lama. Amat lama.
Medan, 4 Oktober 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar