"Mungkin waktu di rumah sakit,
kalian lah yang ditunggunya. Kakaknya dan adik-adiknya. Tapi kenapa kalian
nggak datang?" isakku sambil mengelus-elus kepala suamiku yang yang
tubuhnya sudah terbujur kaku.
Waktu itu aku tidak bisa berpikir
dengan waras alasan kenapa saudara-saudara suamiku tidak menjenguk ke rumah
sakit. Aku hanya berpikir bahwa harusnya mereka datang agar suamiku senang.
Tapi barangkali itu hanya pendapatku saja, mungkin suamiku pun tidak terlalu
memikirkannya waktu itu. Orang-orang mencoba menenangkanku agar aku berhenti
menangis dan meratap.
Aku termenung, memikirkan banyak
kenangan semasa hidup suamiku dan sebelum kepergiannya. Karena mata mulai lelah
menangis, aku pun tertidur di dekat jenazah suamiku. Anak bungsuku tidur di
sampingnya, memeluknya begitu erat seakan-akan bapaknya masih hidup dan sedang
tertidur. Matanya terpejam, tapi air matanya terus saja mengalir. Kesedihan
begitu tampak di wajahnya, sebabg baru dua minggu lalu ia wisuda, menyelesaikan
kuliahnya, dan baru merayakan ulang tahunnya, kini ia harus berhadapan dengan
perpisahan yang menyakitkan.
Tidak terasa sudah pagi, orang-orang
pada sibuk mengurusi jenazah suamiku. Sebelum dimandikan dan dikuburkan,
tetangga-tetangga kami datang untuk membacakan surah Yasin, doa ataupun hanya
sekedar mengucapkan rasa belasungkawa. Setiap kali orang menyalamiku, aku tidak
mampu membendung air mataku. Rasanya sesak sekali. Anakku-pun satu per satu
menyalamiku dan memelukku, mengatakan padaku untuk terus bersabar dengan apa
yang telah terjadi hari ini.
Kudengar sayup-sayup orang bercerita
tentang suamiku yang beberapa hari belakangan ini tidak keluar rumah karena ia
hanya mampu berbaring sebab sakit dan mereka rindu akan sosok suamiku. Aku pun
tentu saja merindukannya. Mereka bertanya tentang apa sebenarnya penyakit
suamiku dan anakku yang menjelaskan dengan tenang. Anak bungsuku terus saja
menangis di depan jenazah bapaknya. Ia tidak berkata apa-apa selain menangis.
Terus saja air matanya mengalir dengan begitu derasnya. Melihat itu, anak
keduaku menghampirinya.
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar